Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2009

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Bisnis Bali Edisi 16 Januari 2009 Akibat krisis finansial global yang diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan. Data Organisasi Buruh Dunia (ILO, 2009), menyebutkan sektor industri/usaha menyumbang sedikitnya 170.000 hingga 650.000orang. Jumlah itu bisa makin meroket akibat goyahnya sejumlah industri inti, yang bakal turut menyeret ratusan industri pendukung. Sebagai contoh adalah industri garmen yang membutuhkan pemasok bahan baku kain, benang, bahan kimia, logistik, sampai komponen mesin yang disebut subkontraktor. Demikian juga industri otomotif dengan jaringan pemasok komponen serta industri pulp dan kertas. Fenomena pengangguran akibat PHK, tentu saja menimbulkan keprihatinan kita bersama. Apalagi, mendekati pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) di mana suhu politik tengah memanas. Tingginya angka pengangguran itu — selain berbanding lurus dengan tindak kriminalitas — dikhawatirkan akan digunakan oknum terten

Menjadi Bangsa Tanggap Bencana

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Bali Pos Edisi Kamis, 15 Januari 2009 Menurut Japan's Meteorological Agency (2007), Indonesia merupakan salah satu kawasan di dunia yang paling rawan bencana. Itu karena letak geografisnya yang menjadi daerah pertemuan tiga lempeng besar teraktif, lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia. Akibatnya, semua wilayah negeri ini terus-menerus bergerak dan tidak menutup kemungkinan antarlempeng bisa saling bertabrakan. Bahkan, sewaktu-waktu gempa bisa saja terjadi, entah daerah yang pernah mengalami ataupun yang belum sama sekali. Hanya Pulau Kalimantan yang relatif stabil, meski juga tidak sepenuhnya aman dari dampak pergerakan lempeng tersebut. Posisi geologis yang labil, ternyata berdampak pada kondisi vulkanik. Dari 129 gunung berapi yang ada di Indonesia, 79 di antaranya masuk kategori berbahaya dan sebagian besar (22 buah) berada di Pulau Jawa. Gunung-gunung berbahaya ini masuk tipe A, artinya pernah meletus sekurang-kurangnya tahu

Gagalnya Seleksi Birokrasi Daerah

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Joglosemar Edisi Senin, 12 Januari 2008 Terungkapnya kecurangan dalam seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) Pemkab Gunungkidul, menimbulkan keprihatinan kita bersama. Sebagaimana diberitakan, kecurangan terkuak pada formasi bidang kelautan dan perikanan. Jelasnya, pada pengumuman CPNS 17 Desember 2008 yang diumumkan melalui website, disebutkan satu formasi untuk guru teknik perikanan laut yang dinyatakan lolos atas nama Agustin Rahmawati dengan nomor peserta ujian 4220302886. Dari hasil penelusuran, nama peserta tersebut ternyata bukan peserta ujian untuk formasi guru teknika perikanan laut. Beberapa saat kemudian, Pemkab meralat hasil pengumuman itu dan menyatakan jika peserta yang lolos bernama Tomy Kundaru Hartanto dengan nomor ujian 4120400746. Pemkab juga melakukan ralat untuk formasi guru pendidikan jasmani karena terdapat nomor peserta yang berbeda dengan nomor sebenarnya. Ralat perubahan keputusan penerimaan CPNS 2008 ini, selanjutnya ditembus

Mata Rantai Pengangguran

Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Suara Merdeka Edisi Senin, 12 Januari 2008 Krisis finansial global yang diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK) makin menambah angka pengangguran di negeri ini. Angka itu akan terus meningkat, karena bakal ditambah lulusan dunia pendidikan yang tidak terserap dunia kerja. Menurut data BPS (2007), jumlah sarjana yang menganggur terus mengalami kenaikan. Tahun 2004, jumlahnya tercatat 348.000 orang, kemudian naik menjadi 385.418 orang (2005), 673.628 orang (2006), dan 740.206 orang (2007). Jumlah itu akan terus bertambah, karena menurut Fasli Jalal (2008), jumlah sarjana baru di Indonesia rata-rata 323.902 setiap tahun. Sebagian besar sarjana yang menganggur itu adalah lulusan program studi noneksakta (ilmu sosial, hukum, pendidikan, dan politik). Proporsinya, dari 2,2 juta mahasiswa Indonesia, sekitar 78 persen menempuh kuliah di bidang studi pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, sedangkan 12 persen di bidang teknologi, dan hanya 10 persen yang menempuh kuliah

Menanti Kejujuran dari Kantin Kejujuran

"Program kantin kejujuran ini akan lebih sempurna, jika sekolah yang bersangkutan menerapkan kurikulum antikorupsi dalam pembelajaran" Oleh Agus Wibowo Dimuat Harian Jurnal Nasional, Edisi Sabtu,10 Januari 2008 Jika ada kantin sekolah yang ditunggui pemiliknya itu hal biasa. Yang luar biasa, jika kantin itu tidak dijaga pemiliknya, dibiarkan begitu saja, sementara pembeli bisa sesuka hatinya mengambil apa saja yang diinginkan. Demikian gambaran kantin kejujuran yang tengah dipopulerkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta mendapat dukungan penuh dari Departeman Pendidikan Nasional (Depdiknas). Hanya dalam waktu singkat, program pendirian kantin kejujuran mendapat sambutan dan respon positif dari masyarakat. Terbukti, dengan semakin banyak sekolah yang mendirikannya. Data terbaru Depdiknas (2008), menyebutkan bahwa sampai saat ini jumlah kantin kejujuran sudah mencapai lebih dari 1000 buah. Dari jumlah itu, rata-rata bisa berkembang dengan baik, hanya dua buah kantin keju